Minggu, 23 Agustus 2020

Rintihan Semu Rumah Kosong

Dinda dewi


Seorang gadis misterius bernama Maya. Tinggal di sebuah kota kecil bersama orang tuanya. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Maya memiliki kebiasaan aneh. Yakni bangun tengah malam dengan mata memerah serta melotot ke arah luar jendela. Namun setelah hari kembali fajar, semua berubah normal. Maya kembali melakukan aktifitas seperti biasa. Sampai sekarang belum diketahui apa penyebabnya. Dokter pun mengatakan bahwa Maya tidak punya latar belakang penyakit sama sekali. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan itu menghilang ketika Maya menginjak usia 17 tahun. Tiga tahun setelahnya, Maya dijodohkan dengan anak teman  kerja Ayahnya di kantor, dan ia bernama Reza.

***

Kini Reza dan Maya adalah pasangan suami istri yang baru menikah tahun lalu. Keduanya berumur 20 tahun.  Sebuah usia yang bisa dibilang masih muda. Namun tak ada kendala dalam ritme rumah tangga mereka. Pernikahan yang didahului tanpa pacaran itu sampai saat ini masih harmonis, seperti tiada satupun masalah yang sudi mengahampiri. Namun satu tahun mereka hidup bersama, belum juga dikaruniai momongan.  Hingga pada suatu saat Maya telat datang bulan. Hal tersebut tentu saja membuatnya was-was. Sang suami pun dengan sigap membelikan alat tes kehamilan di apotek terdekat. Setelah dicek, ternyata doa-doa mereka selama ini diijabah. Maya positif hamil. Hal tersebut membuat keluarga kecil Reza sangat bahagia. Tak hentinya mereka bersyukur kala itu. 

Sebulan usia kehamilan berlalu, Maya tak merasakan keluhan apapun. Kegiatan harian pun masih bisa ia kerjakan dengan baik, bahkan dengan penuh rasa gembira. Sampai memasuki bulan kedua, tiba-tiba tepat tengah malam, Maya merintih kesakitan, perutnya keram. Seperti ada yang meremas-remas. Kebetulan malam itu malam Jum'at. Sang suami melihat istrinya yang merintih kesakitan tentu sangat bimbang dan khawatir. Ia bingung harus berbuat apa. Di rumah besarnya pun, ia hanya hidup dengan istrinya seorang. Reza tak mungkin menelpon keluarga yang lain, karena ia tahu itu sudah malam. Tapi di sisi lain, ia sangat khawatir dengan keadaan istrinya yang tak hentinya merintih kesakitan. Reza mencoba memberikan air hangat, tapi hasilnya nihil. Hingga terpaksa ia memboyong istrinya ke rumah sakit. Belum sampai Reza membuka pagar rumah, si istri tak merasakan sakit lagi, sakit perutnya seketika hilang, dan ia merasa lebih bugar dari sebelumnya 

"Kamu tidak apa-apa, Dek?"

"Iya Bang, Adek udah enakan. Sepertinya kita tidak usah ke rumah sakit."

"Serius kamu, Dek? Abang takut terjadi apa apa sama kamu."

"Sudah, Bang. Tidak usah. Tuh lihat, Adek gak papa." sahut Maya sambil menunjukkan bahwa dirinya memang baik baik saja.

"Ya sudah, kalau begitu kita tidur lagi saja. Besok pagi Abang mau bikinin sarapan terlezat untuk kamu." Reza memasangkan selimut kembali pada istrinya sambil membelai lembut rambut sang istri.


Keesokan harinya, wajah keduanya kembali berseri. Seperti tidak ada hal apapun. Kejadian semalam pun sudah terlupakan. Reza juga telah menepati janjinya untuk membuatkan sarapan lezat untuk sang istri. 

Hari demi hari berlalu, kehidupan mereka berjalan baik-baik saja. Tapi anehnya setiap malam Jum'at, Maya merasakan hal yang sama. Perutnya keram, begitu sakit, seperti ada yang meremas-remas. Hal itu, Maya rasakan hanya 20 menit. Begitu, berulang ulang, setiap malam Jumat. Sempat merasa aneh dan takut terhadap keadaan sang istri, tapi Maya selalu menolak setiap ingin dibawa ke rumah sakit. Ia memilih membiarkannya. Toh setelah 20 menit merasakan sakit, ia kembali sehat, bahkan lebih bugar dari sebelumnya. Reza pun meng ‘iya’ kan keinginan istrinya itu.

***

9 bulan telah berlalu, hari ke tujuh setelah bulan ke sembilan, Maya merasakan sakit yang sangat hebat. Tanpa berpikir panjang, Reza membawa istrinya ke rumah sakit. Ia paham bahwa Maya akan melahirkan. Keluarga Reza pun turut mengurus dan menemani Maya di rumah sakit. Tak sampai disitu, ada hal buruk yang disampaikan dokter, dan itu sontak membuat Reza kalang kabut. Ia bimbang. Kalimat demi kalimat yang diucapkan dokter itu seketika membuat Reza hilang arah. Ia tak tahu lagi mau berbuat apa. 


Sebelumnya di ruang tunggu, Reza di panggil dokter.

"Pak Reza?"

"Iya saya, Dok. Bagaimana kedaan istri saya, Dok?"

"Sebelumnya, Pak Reza harus kuat dan tabah  mendengar hal yang akan saya sampaikan."

Sebuah kalimat yang membuat Reza bingung.

"Maksudnya bagaimana, Dok?" Tanya Reza dengan cepat. 

"Istri dan anak bapak, dalam kondisi menghawatirkan. Harus ada salah satu yang dikorbankan, atau kalau tidak, keduanya bisa tak tertolong."

Kalimat dokter tersebut sontak menyayat hati Reza. Kebahagiaan baru yang selama ini ia idam-idamkan, kini harus musnah begitu saja. Hingga dengan sangat berat hati, juga atas permintaan istri yang sedang terbaring lemas itu. Akhirnya Reza meng 'iya' kan bahwa anaknya yang harus diselamatkan. 


Setelah lama menunggu, akhirnya buah hati yang selama ini diidam-idamkan  terlahir dengan selamat. Sehat dan tampan. Mukanya mirip sang ibu. Tapi sayang, ibunya tak bisa melihat anak tercinta lahir ke dunia. Jiwa raga telah ia korbankan demi keselamatan anaknya. Tapi, Maya meninggal dengan lengkung sabit di bibirnya. Hal tersebut menandakan bahwa ia telah bahagia di alam lain. Sebelumnya Maya juga berpesan agar sang suami merawat anaknya dengan sebaik mungkin. Juga satu permintaan aneh yang membuat Reza terenyuh. Yakni Maya ingin dikuburkan di wilayah rumahnya, tepat di samping kamar, biasa ia tidur dulu. Dan permintaan itu dikabulkan Reza. Sementara itu, orang tua Reza memutuskan agar ia tinggal bersama keluarga. Dengan tujuan, agar anaknya bisa lebih terurus. 

    ***

5 tahun berlalu, Reza berniat mengajak anaknya, Rizky Reihan, berkunjug ke rumah yang dulu. Sekalian berziarah ke makam ibunya. Anak polos itu tanpa sengaja berucap "Papa, kenapa mama tidur di bawah tanah?"

Pertanyaan tersebut membuat Reza merinding, ia tak tahu harus menjawab apa. Tak sampai sang ayah mengucapkan jawaban, Rizky mendengar sesuatu. Suara itu berasal dari kamar tempat mama dan papanya tidur, sewaktu ia masih dalam kandungan. "Pa, Rizky mendengar suara. Apa itu mama ya, Pa?" 

Sang ayah kaget, tiba tiba Reza juga mendengar suara rintihan, persis seperti suara Maya merintih kesakitan, waktu hamil dulu. Suara itu terus terdengar, hingga 20 menit lamanya. Rizky yang masih kecil itu sangat ketakutan, menangis sambil berteriak. "Mama, mama...."

Tak tahan dengan hal tersebut, Reza membawa anaknya pulang kerumah orang tuanya. Ia heran dengan apa yang telah terjadi. Seminggu kemudian Reza kembali mengunjungi rumah itu. Kali ini Ia berkunjung tanpa membawa anaknya. Dan ketika ia sampai di tempat tersebut, hasilnya sama. Suara itu terdengar lagi. Reza menangis seraya berkata “Sayang, Maya?.... Ada apa denganmu di alam sana? Apakah ada hal yang mengusikmu? Ataukah aku tidak becus merawat anak kita?" 

Suara aneh itu semakin kuat terdengar, Reza juga semakin panik. Dengan cepat ia melangkahkan kaki keluar, meninggalkan rumah itu. 

    ***

Beberapa bulan berjalan. setiap satu minggu sekali, Reza mengunjungi rumah lamanya. Namun, hal yang sama kembali ia rasakan. Suara tersebut berulang-ulang terdengar setiap Reza berkunjung. Hingga pada suatu saat Reza memutuskan untuk menjual rumah tersebut. Tak perlu menunggu lama, rumah itu langsung terjual. Tapi anehnya selalu ada orang yang meninggal setelah rumah itu ditempati pemilik yang baru. Begitu, berulang, sampai pergantian pemilik yang ketiga. Kali ini Reza terlebih dulu mengingatkan orang yang akan membeli rumah tersebut. Namun, calon pembeli tak peduli dan tetap ingin membeli rumahnya. Kejadian yang ditakutkan kembali terulang. Salah satu orang dari keluarga pemilik rumah itu meninggal. Kejadiannya selalu sama, meninggal di kamar Reza yang dulu ia tempati. Suara rintihan yang sangat menakutkan selalu bergema keras, setiap 20 menit sebelum korban meninggal. Kini rumah itu kembali diserahkan pada Reza untuk yang terakhir kalinya. 

Masih belum diketahui apa penyebab suara rintihan itu. Hingga suatu saat Reza melihat seorang kakek misterius melintas di samping rumah. Dengan buru-buru Reza menghampiri kakek tersebut. “Maaf, Kakek siapa? dan apa yang anda lakukan di sini?” 

Kakek tersebut menjawab dengan suara sangat berat. “Aku adalah penghuni rumah ini, sebelum kau dan istrimu tinggal di sini. Posisiku kala itu adalah teman kakeknya Maya. Kami dulu bersahabat dekat, hingga ada perselisihan diantara kami. Joko (Kakek Maya) iri dengan jabatanku yang lebih tinggi darinya di kantor, tempat biasa kita bekerja. Suatu ketika Joko membawakan makanan kesukaanku ke rumah. Kupikir itu adalah permintaan maafnya setelah sekian lama membenciku. Tapi tak disangka, ia menaruh racun dalam makanan itu. Aku tewas setelah beberapa menit memakan makanan tersebut. Meski perjalanan hidup Joko berakhir di penjara, tapi aku telah bersumpah, tidak akan membiarkan anak keturunan Joko hidup bahagia.” 

Reza sangat kaget mendengar penjelasan kakek tersebut, batinnya merinding. Badan Reza melemas dengan sesekali ia memejamkan mata. Namun setelah Reza membuka mata, kakek yang semula bebincang dengannya itu menghilang. Berkali-kali ia menoleh ke sekitar, tapi memang kakek misterius itu tak lagi dijumpainya. Reza hanya melihat pohon kamboja setinggi lutut yang tertanam di samping makam sang istri. Ia baru sadar bahwa pohon kamboja itu tak pernah tumbuh lebih tinggi dari sebelumnya. Tak pernah layu dan tak pernah gugur bunganya. Ia mengira, mungkin pohon tersebut adalah jelmaan kakek misterius tadi.


Kali ini Reza benar-benar tak habis pikir dengan kejadian yang menimpa hidupnya. Sebuah peristiwa mistis yang pernah ia rasakan. Akhirnya Reza memutus hubungan dengan keluarga Maya. Ia memilih untuk tidak tersangkut paut dengan hal-hal aneh. Rumah misterius itu pun juga dikosongkan hingga sekarang. Tak ada yang berani mengunjungi rumah tersebut. Reza ingin hidupnya kembali tenang seperti dulu. Ia memilih tinggal di rumah orang tuanya bersama  anak semata wayangnya. Rizky pun tumbuh sebagai pemuda yang tampan, berbakat dan penuh prestasi. Hal itu sudah cukup membuat Reza bangga. Ia membesarkan anaknya seorang diri tanpa sedikit pun ada niat untuk menikah lagi. Ia sudah bahagia dengan keluarga kecilnya. Meski tanpa sosok seorang ibu di samping anaknya.



Tamat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar