CINTA TERAKHIRKU
Syabrinaaputri
Rully sudah berada di depan rumah teman Finda, mereka akan pergi jalan setelah lama tidak berjumpa. Rully membunyikan klackson mobilnya, Finda berlari dan pamit kepada Putri sahabatnya.
“Sampai kapan kita kayak gini terus?” tanya Rully sambil melihat Finda.
“Maksud kamu?”
“Kita ini sudah sama-sama dewasa, apalagi aku. Dengan umur aku yang segini, aku nggak mau terus-terusan jalan sama kamu. Tapi, nggak pernah pamit dengan orangtua kamu.”
“Kamu sabar ya, aku belum siap mengenalkan kamu sama orangtua aku.”
“Aku udah nggak bisa sabar lagi. Sudah hampir Sembilan bulan aku menunggu, aku kasih kamu waktu sampai akhir bulan depan. Kalau tidak bisa juga, mungkin hubungan kita akan berakhir.”
Finda terdiam dan hanya menundukkan kepala. Rully melihat wajah Finda yang terlihat murung, ia merasa tidak enak hati dengan ucapannya tadi. Rully mencoba menghibur Finda saat sedang jalan, mereka pergi menonton film drama romantis.
Saat adegan romantis didalam film, Rully melihat Finda mulai tersenyum. Ia merasa lega melihat kekasihnya tidak murung lagi. Perlahan Rully menggenggam tangan Finda, mereka saling menatap satu sama lain, lalu tersenyum. Finda menyandarkan kepalanya ke pundak Rully.
Finda berbisik “Maafkan aku ya.”
Rully tersenyum dan mengecup kening kekasihnya itu. Untuk pertama kalinya, tidak mudah bagi Finda berpacaran dengan seorang pria. Untuk memperkenalkan seorang laki-laki kepada orangtuanya tidak lah mudah, apalagi mengingat ayah Finda yang terlihat sangat pemarah. Ia hanya merasa takut jika hubungannya nanti tidak di restui oleh orangtuanya.
***
Umur bukan lah segalanya. Namun, menikah merupakan siap nya diri untuk menjalani segala hal berdua. Bagi Rully menikah cepat-cepat tidak lah penting. Tapi, ibunya selalu saja menyuruh dan menanyakan kapan dia akan menikah. Itu membuat pikiran Rully selalu terganggu.
Karena selalu di tanyakan oleh ibunya, Rully menjadi kepikiran tentang menikah. Malam di basahi dengan hujan yang deras. Ia menelepon Finda, lalu menanyakan bagaimana tentang persiapan Finda.
"Jadi, kapan kamu akan mengenalkan aku dengan orangtua kamu?"
"Aku belum tahu, kenapa kamu tiba-tiba bertanya lagi?"
Finda mendengar Rully mendesah, ia merasa bersalah kepada pacarnya itu. Ketakutan Finda mulai hadir.
"Aku mau kita putus," ucap Rully
"Kamu jangan bicara seperti itu."
"Aku ingin sendiri dulu, lebih baik kamu pikirkan dulu masalah ini dengan baik."
Rully langsung menutup telepon tanpa mendengar penjelasan dari Finda terlebih dahulu. Tiba-tiba malam itu air mata Finda jatuh tanpa ia minta, hujan pun turun begitu deras berfikir mungkin hujan tahu malam ini ia akan menangis.
***
Sudah dua hari Rully tidak memberi kabar kepada Finda. Rasa khawatir, rindu, dan takut bercampur menjadi satu. Finda tidak bisa berbuat apapun, ia merasa sedih dan bingung. Finda menelepon Putri, sahabatnya yang sejak kecil selalu bersamanya.
"Kau dimana?"
"Dirumah, kenapa?"
"Aku putus, aku datang kerumah ya."
"Iya, datanglah. Aku tunggu."
Finda siap-siap untuk pergi kerumah Putri, saat ia sampai dirumah sahabatnya itu. Putri mengajak Finda pergi jalan keluar, melihat wajah Finda yang saat baru tiba murung. Putri tahu bahwa sebenarnya Finda sangat sedih, ia hanya mencoba tersenyum dan tidak ingin terlalu menampakkan nya.
Saat sedang makan Putri diam-diam melihat wajah Finda yang tidak selera untuk makan. Putri mengajak cerita tentang percintaan nya kepada Finda untuk mengalihkan suasan haru yang ada. Putri merasa sedih dan bingung, ingin dirinya menghibur. Namun, ia tidak bisa bagaimana cara mengekspresikan dirinya bahwa sebenarnya ia peduli.
Putri masih bercerita tentang kisah cintanya yang juga sedih, Finda memberi saran dan tersenyum. Walau sebenarnya Putri tahu bahwa senyum itu palsu, tapi Putri hanya pura-pura tidak tahu dengan keadaan Finda agar dirinya tidak merasa sangat sedih.
Menikmati es krim yang ada di mall, Putri dan Finda tertawa. Merasakan es krim selalu bisa menjadi obat di kala hati merasa sedih dan membuat jiwa menjadi tenang. Setelah makan es krim, mereka pulang. Ketika Finda ingin pulang dari rumah Putri, Putri mencoba memberi saran.
"Lakukanlah, jangan membuat dia menunggu terlalu lama. Kenalkan dia dengan ayahmu, jangan takut. Yakin dan pasrah saja, jika dia memang jodohmu pasti orangtua kau merestui. Tapi, jika tidak tuhan pasti memberikan seseorang yang jauh lebih baik darinya. Sekali lagi jangan takut, bertindak gila saja. Dan hubungi dia duluan. Persiapkan dirimu untuk melanjutkan atau melepaskan."
Finda tersenyum melihat Putri, ia selalu memikirkan apa yang telah Putri katakan sore tadi. Finda mencoba untuk bicara terlebih dahulu kepada kakaknya dan mendapat persetujuan. Lalu, perlahan saat keluarga sedang menonton di ruang tengah. Finda ingin bicara, namun mulutnya kaku. Ia merasa sangat gugup melihat wajah ayahnya.
"Yah.. Ada yang ingin Finda katakan."
"Apa? "
"Finda mempunyai pacar dan dia ingin bertemu dengan ayah. Apakah boleh?"
"Iya, silahkan. Bawa dia besok datang kerumah, ayah ingin bertemu dengannya."
Finda merasa sangat kaget, ayahnya merespon dengan sangat baik. Apa yang ia pikirkan selama ini salah. Walah wajah ayah Finda terlihat tegang dan seperti marah. Tapi, ayah Finda tidak seburuk apa yang dia kira. Finda merasa sangat senang tapi juga merasa sangat gugup. Finda langsung menelepon Rully untuk datang besok kerumahnya. Finda memberitahu semua apa yang ayahnya katakan. Rully merasa senang, akhirnya yang selama ini ia nantikan datang juga.
***
Langit dan awan yang begitu indah di siang hari terlihat sangat cerah. Angin berembus menerbangkan daun-daun yang layu. Rully sangat deg-degan akan bertemu dengan ayah Finda. Sebelum masuk ke dalam rumah, Finda keluar melihat Rully. Ia memegang dada Rully yang berdetak sangat kencang, Finda tersenyum dan memberi semangat kepada Rully.
"Tenang, tarik napas lalu hembuskan sebanyak tiga kali. Anggap saja kamu akan bertemu dengan teman kamu," ucap Finda sambil tersenyum tipis.
"Bagaimana mungkin, itu bukan orang lain. Dia adalah ayah kamu."
Finda menarik pelan tangan Rully untuk masuk ke dalam rumah. "Tunggu, tunggu," ucap Rully sambil menghela napas. Finda tertawa dan memukul pelan pundak Rully.
Ayah Finda sudah duduk di kursi tamu. Dengan suasana yang begitu dingin, ayah Finda memberi beberapa pertanyaan kepada Rully. Namun, Rully menjawab dengan santai dan tidak merasa deg degan lagi. Beberapa menit berlalu ayah Finda menyuruh Finda untuk keluar dari kamar karena ayahnya telah selesai bicara dengan Rully.
Wajah ayah Finda terlihat cuek dan jutek. Finda takut bahwa ayahnya tidak menyukai Rully. Finda bertanya dengan suara pelan kepada Rully apa yang telah mereka bicarakan. Rully hanya menyuruh Finda tenang karena semua berjalan dengan baik.
Rully pamit pulang. Finda melihat Rully dengan wajah cemas, setelah mobil Rully terlihat jauh. Finda masuk kedalam rumah dan ayahnya menyuruh Finda untuk duduk di kursi.
"Ayah belum menyukai pacar kamu."
"Kenapa yah? "
"Tidak apa-apa, hanya saja belum tertarik dengan dirinya."
Finda menundukkan kepala, ia merasa sedih dengan apa yang telah ayahnya ucapkan. Finda masuk kedalam kamar dan menelepon Rully, mengatakan apa yang ayahnya ucapkan tadi kepadanya. Tidak mudah menyerah, Rully ingin datang lagi kerumah Finda besok untuk mendapatkan hati ayah Finda.
***
Rully dan Finda menyusun rencana. Rully datang kerumah tanpa memberitahu ayahnya terlebih dahulu. Ketika Rully datang, Finda tidak perlu keluar untuk membuka pintu. Mereka ingin ayah Finda yang membuka, 'kan pintu untuknya.
Melihat Rully datang dengan tiba-tiba. Ayah Finda merasa kaget, ayahnya berfikir Rully ingin mengajak Finda jalan. Ternyata tidak, mereka bicara kembali. Rully menceritakan tentang kehidupan dan perjalanannya saat kerja selama ini. Saat mendengar adzan, Rully izin untuk sholat ke masjid sebentar. Ayah Finda mulai merasa terkesan melihat Rully.
Sambil tersenyum ayah Finda menyuruh anak perempuannya itu untuk keluar. Finda dan Rully duduk berdua di hadapan ayahnya.
"Ayah menyetujui kalian menikah. Rencanakan lah kapan kalian akan menikah dan apa saja yang kalian perlukan."
Apa yang ayah Finda ucapkan membuat mereka berdua kaget. Tidak di duga bahwa ayahnya memberi restu kepada mereka berdua. Finda memeluk ayahnya sambil mengatakan terima kasih banyak berulang kali.
Rully mengajak Finda pergi jalan keluar menikmati cuaca yang sangat indah. Sambil berpegangan tangan mereka hanya tersenyum senang karena telah mendapat persetujuan.
Saat makan Rully menanyakan tentang pernikahan mereka. Rully merasa tidak sabar dengan hari bahagia itu. Mereka membicarakan apa saja yang akan mereka siapkan untuk menikah.
Tidak perlu waktu lama, setelah mendapatkan restu dari ayahnya. Tiga bulan setelah itu Finda dan Rully tunangan. Empat bulan setelah itu mereka menikah, Rully memeluk erat tubuh Finda lalu mengecup keningnya.
"setelah melewati hari yang panjang, akhirnya di akhir cerita mempunyai kebahagiaan. Lakukan apa yang harus kamu lakukan, tidak perlu menunda, tidak perlu menunggu waktu yang tepat. Bagaimana jika hari itu adalah hari yang tepat? Jangan buat dirimu menyesal atas penundaan waktu yang telah kamu buat."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar