TAK LAGI SAMA
Oleh: Syabrinaaputri
"ketika mencintai diri sendiri lebih penting daripada mempertahankan cinta."
Putri melihat Zea duduk sendiri sambil termenung. Putri datang menghampiri sahabatnya yang sedang sedih karena bingung, memilih untuk mengikuti antara dua hobi yang ia senangi.
“Zea, lo mau nggak, gue kenalkan dengan teman cowok di kampus gue?”
“Siapa?”
“Namanya Adam, mau ya? Lo, ‘kan sudah lama nggak pacaran.”
“Hmmm.. Yaudah nggak apa deh. Tapi teman cowok lo baik, ‘kan?”
“Tenang saja, dia baik kok. Tapi, sifat kalian hampir sama. Sama-sama mementingkan hobi.”
Zea tersenyum menatap Putri, sambil memikirkan kembali apa yang akan ia ambil antara bersepeda atau badminton. Zea bertanya kepada Putri, apa yang sebaiknya harus ia ambil. Putri mulai berfikir dan memberi saran kepada Zea. Setelah mendengar saran dari Putri, Zea merasa lebih baik dan tahu akan mengikuti kegiatan apa untuk acara di kampusnya.
Sebelum tidur Zea melihat Hp, ada beberapa pesan yang masuk. Ia membuka dan membaca isi pesan yang ternyata dari Adam. Mereka mulai berbincang tentang hobi masing-masing, apa yang di senangi Adam dan begitupula sebaliknya. Tidak berasa hari sudah larut malam, Zea sudah mengantuk. Ia pamit ingin tidur dengan Adam.
***
Adam menunggu di depan parkiran kampus Zea, ia ingin mengajak Zea pulang bersama sambil pergi jalan. Zea tersenyum lebar melihat Adam sudah berada di parkiran dan langsung masuk ke dalam mobil.
“Kita mau kemana?” tanya Zea sambil tersenyum
“Nanti kamu akan tahu.”
Zea hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis, menikmati alunan musik yang Adam putar. Zea mengikuti nada-nada musik yang diputar. Adam mengajak pergi makan, karena ia merasa sangat lapar. Saat sedang makan Adam ber cerita tentang kehidupan nya.
"Kamu suka apa?"
"Aku suka main badminton, membaca, dan menulis. Oiya satu lagi bermain sepeda."
Adam terdiam ketika mendengar Zea menyukai badminton, ia tersenyum sambil menghela napas. Namun, Zea tidak menyadari ekspresi Adam. Ia hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Zea ingin makan es krim yang ada di taman. Adam membelikan es krim itu untuk Zea, Mereka berjalan beriringan sambil makan es krim. Adam menatap lama wajah Zea lalu tersenyum ketika melihat Zea seperti anak kecil yang cuek tidak keruan.
Saat sampai dirumah, Zea melihat ke jendela. Di malam hari yang dingin menjadi terasa begitu hangat. Ia merasa senang dan tersenyum malu sendiri bila mengingat bagaimana cara Adam menatap dirinya. Handphone Zea berdering, Adam melakukan panggilan video dengannya. Zea pergi ke cermin sebelum mengangkat telepon, Zea merapikan rambut dan melihat dirinya sudah rapi. Lalu mengangkat telepon Adam sambil tersenyum.
"Kamu lagi apa? Belum tidur? "
"Belum, aku baru ingin tidur. Tapi, kamu menelepon."
"Yasudah, kamu tidur saja lagi. Selamat tidur, semoga mimpi indah ya."
"Mmm. Kamu nggak tidur? Atau mau aku temani dulu?"
Dalam hati Zea, ia merasa ingin lebih lama telepon an dengan Adam. Tidak ingin mematikan panggilan video dari Adam. Namun, Adam menyuruhnya untuk tidur saja karena sudah malam.
Benih-benih cinta di dalam hati Zea mulai muncul, seperti malam yang di penuhi bintang dan melihat langit selalu ada gambar berbentuk hati. Begitulah perasaan yang kini mereka rasakan satu sama lain.
***
Angin berhembus begitu kencang, sepertinya hujan akan turun hari ini. Tepat di hari minggu sore, Adam datang menjemput Zea Mereka pergi jalan membeli makanan dan duduk di depan rumah Zea sambil makan eskrim kesukaan mereka. Dalam suasana yang hening sambil menikmati eskrim yang mereka pegang. Mulut Adam bergetar, gugup tidak keruan. Adam pergi lari ke mobil mengambil bunga Edelweis.
" Zea.. Ada yang ingin aku katakan," ucap Adam sambil memegang bunga.
"Iya, apa itu?"
"Setelah beberapa hari kita jalan, kita saling berbagi cerita satu sama lain. Aku suka sama kamu. Aku menyukaimu Zea, apa kamu mau menjadi kekasihku?"
Zea terdiam, ia merasa kaget. Adam yang tiba-tiba menyatakan perasaan kepada dirinya. Zea merasa gugup, mulutnya kaku. Namun, ia juga mempunyai perasaan yang sama terhadap Adam.
"Iya, aku mau menjadi kekasih kamu."
Mata mereka seakan tersenyum, merasa sangat senang. Sore itu menjadi hari yang paling bahagia untuk Zea dan Adam. Begitulah cara Adam mengungkapkan perasaan nya kepada Zea. Sehingga mereka kini telah menjalin hubungan selama enam tahun.
Hari demi hari mereka lalui bersama, semua berjalan dengan baik tanpa ada orang ketiga. Cinta datang tanpa di undang, ia datang begitu saja. Tanpa di sadari kita tidak tahu kemana hati ini akan menetap. Tidak tahu kemana tepatnya hati ini akan bertahan. Saling menerima kekurangan dan saling memahami telah mereka lakukan untuk mempertahankan hubungan mereka.
***
"Aku hari ini akan main badminton, sudah lama aku tidak melakukan hal yang aku inginkan. Aku tahu kamu tidak akan suka, tapi aku ingin."
"Yasudah, untuk hari ini saja. Kamu boleh pergi." Adam merasa kesal.
Zea pergi bersama teman-temannya walau ia tahu bahwa Adam tidak benar-benar menyuruhnya pergi. Zea merasa lelah ketika harus selalu memahami Adam, tapi yang ia lakukan adalah sebaliknya. Ketika Zea pulang dari main badminton, Adam menelepon, ia ingin minta izin dengan Zea untuk melakukan traveling bersama dengan temannya.
"Aku nggak mau kamu pergi."
"Kenapa?"
"Aku khawatir, jika kamu pergi dengan teman-teman terus. Kamu ngerti!"
Adam menghela napas dan diam tanpa menjawa Zea. Zea menutup telepon Adam dengan rasa kesal. Melihat ke luar jendela, Zea teringat saat Adam pernah terluka dan masuk rumah sakit tahun lalu. Zea merasa takut jika itu terjadi lagi pada Adam, tapi Adam tidak pernah mengerti dan selalu melakukan apa yang ia inginkan.
Di tengah malam Adam datang ke rumah Zea. Karena ia akan berangkat besok pagi bersama dengan temannya. Zea mendesah begitu dalam, melihat mata Adam lalu menangis. Zea merasa bingung ingin dibawa kemana hubungannya bersama Adam, terus beriringan ke arah yang sama atau mundur mencari arah yang lain.
"Aku capek, semenjak kamu menemukan hobi kamu yang baru tahun lalu. Kamu nggak pernah ngertiin aku lagi. Aku rasa hubungan ini sudah salah, kita mencoba mempertahankan apa yang seharusnya tidak lagi kita pertahankan. Aku sadar kamu dan aku sama-sama egois," Zea menundukkan kepala sambil meneteskan air mata.
"Maksud kamu?"
"Aku mundur."
Adam terdiam sangat lama, matanya berkaca-kaca. Memikirkan lagi apa yang telah Zea katakan, membuat ia sadar bahwa ia selama ini memang telah melukai perasaan Zea.
Adam menghela napas sangat dalam "Baiklah, jika itu yang kamu inginkan. Aku minta maaf, jaga diri kamu baik-baik ya," ucap Adam sambil memegang pundak Zea dan pergi. Zea masuk ke dalam kamar, air matanya jatuh tanpa henti. Dada yang berasa sesak. Malam itu,dalam kesendirian Zea hanya bisa menangis dan menangis.
***
Untuk kedua kalinya cinta ini benar-benar harus berakhir, ketidak cocokan antara Zea dan Adam mulai hadir step by step. Mencoba bertahan, namun mereka tidak mampu lagi untuk saling mempertahankan.
Semua terjadi begitu saja, tanpa sadar waktu telah berlalu begitu cepat. Karena keinginan yang ingin dicapai dalam hidup lebih penting daripada cinta.
Perihal melepaskan, mengikhlaskan, dan perpisahan bukan hal yang mudah untuk setiap insan di dunia. Tapi, jika dipertahankan pun cinta akan saling menyakiti. Setelah enam tahun menjalin hubungan yang romantis bersama. Kini, harus berakhir karena mencintai diri sendiri lebih penting bagi mereka berdua.
Dalam malam yang dingin, Zea teringat ketika Adam mengucapkan kata-kata selamat malam dan kata-kata yang indah sebelum tidur, Zea menangis. Kini ia tersadar bahwa sekarang ia telah kehilangan kekasihnya itu dan mereka tak lagi bersama.
”Persimpangan arah yang membuat diri gaduh, riuh, akhirnya menemukan diriku sendiri.”~Zea
***
TAMAT
Tentang Penulis.
Syabrina Adrianty Putri, kerap di panggil putri atau sabe. Saya memiliki hobi menulis, membaca, dan menyanyi. Saya terlahir dari orangtua yang juga suka menulis sewaktu muda. Saya lahir di pekanbaru pada bulan desember tahun 1997. Saya menyukai warna merah muda dan penikmat kata-kata indah. Menyukai musik bergenre pop dan R&B dan menyukai kisah cinta yang bergenre romantis komedi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar