Saksi Bisu
Oleh: Roselyn NorthGod
Jakarta, 10 September 2019 pukul 08.00 WIB. Bagus Syahrozi alias Sehun hari ini dikejutkan dengan kasus yang sangat diluar dugaannya. Presiden Indonesia ke-8 ditemukan tewas mengenaskan di kediamannya dengan luka tusuk dibagian dadanya. Sehun kini sedang berada dirumah kediaman pak Hasnan bersama dengan 2 orang partnernya Kai dan Xiumin Kim dibantu pihak kepolisian mengolah TKP dengan sangat teliti. Setiap bercak darah dan tapak sepatu yang mereka temukan pasti dapat mengarahkan kepada pelaku pembunuhan yang masih belum diketahui motif pembunuhannya ini. Sehun menemukan sesuatu, terlihat seperti sobekan kain. Sehunpun memungutnya dan menaruhnya dalam kantong plastik untuk diotopsi. Mungkin saja terdapat bekas sidik jari sang pelaku, pikir Sehun. Pihak kepolisian terkesan dengan proses yang dapat dikatakan rapih. Setiap anggota keluarga bahkan polisi yang menjaga rumah kediaman pak Hasnan, tak satupun dari mereka yang mendengar suara teriakan ataupun orang asing yang masuk kedalam rumah. Beliau langsung ditemukan bersimbah darah oleh putranya yang ingin mengajaknya untuk sarapan bersama.
Sang Istri yang sedang pergi keluar kota masih belum mengetahui berita duka ini pihak kepolisian masih merahasiakannya sampai hasil otopsi keluar. Para anggota Badan Intel tak ada yang berani mengambil kasus ini kecuali Sehun, Kai , dan Xiumin Kim. Hal itu membuat pihak Kepolisian curiga karena setahu mereka semua anggota badan intel dapat berfikir layaknya seorang penjahat. Pihak kepolisian ingin mewawancarai anggota badan intel yang mengawasi langsung rumah kediaman presiden, namun yang berhak untuk mewawancarai mereka hanyalah atasan mereka, Elm Virion tak ada yang tahu siapa nama aslinya.
Sehun mendapatkan hasil otopsi dari piyama yang digunakan Pak Hasnan. Setelah ia lihat hasil terdapat beberapa sidik jari dari Sang Pelaku. Sidik jari itu hampir mirip seperti sidik jari miliknya bahkan mungkin sama. Artinya hanya ada satu orang tersangka dalam pembunuhan berencana ini yaitu, Sehan kembarannya yang juga dulu bekerja jadi Badan Intel. Tapi setahunya, kembarannya itu sekarang bekerja diluar negeri dan belum kembali sejak 5tahun lalu. Lalu siapa? Pikir Sehun. Tidak mungkin itu dirinya, semalam dirinya sedang asik bermimpi indah terbang ke langit tertinggi, tidak mungkin dirinya melakukan pembunuhan berencana apalagi terhadap presiden.
Sore harinya, Pihak Kepolisian meminta untuk melanjutkan penyelidikan esok karena hari mulai gelap. Semua kru sudah meninggalkan TKP, namun Sehun serta kedua teman masih berada ditempat memastikan kalau pelaku bukan dari angggota Badan Intel.
Sekitar 30 menit lamanya mereka bertiga tidak menemukan apa-apa. Akhirnya mereka memilih untuk pulang ke rumah masing-masing.
Sesampainya Sehun di rumah. Ia hanya ingin langsung bercengkrama dengan tempat tidur kesayangannya. Namun ia melihat sebuah kejanggalan, ia melihat baju yang bersimbah darah tergeletak dibawah kasurnya. Sehun memungutnya, baju itu sudah tidak utuh ada bagian baju yanng tersobek dan darahnya sudah kering seperti sudah berjam-jam disana. Tapi sehun tidak ingat kapan dia menaruh ini disana.
Sehun pergi menuju kamar Sehan. Pintu yang sedari dulu saat Sehan tinggalkan tidak pernah dikunci sehingga Sehun dapat memasukinya. Sehun memperhatikan setiap inci kamar itu. Tak ada koper Sehan, tak ada benda yang pindah dari posisi semula, bed covernya masih sama bahkan masih berdebu. Artinya Sehan tidak datang kerumah, namun tidak mungin itu dirinya yang membunuh Presiden dengan motif yang tidak jelas. Sepertinya ia sangat membutuhkan istirahat sekarang agar dapat berfikir jernih.
Dini hari dikeesokan harinya. Suara panggilan masuk berhasil membuat mimpi indah Sehun terhenti. Pasti ada sesuatu yang tidak beres tentang kasus yang sedang ia hadapi, karena seseorang yang berani membangunkannya dari tidur itu tak lain adalah Xiumin Kim.
“Apa kau tahu berita terbaru tentang pembunuhan pak Hasnan? Ku harap iya” Ucap Xiumin dengan nada penuh tanya.
“Mengapa tidak kau tanyakan saja pada matahari yang masih tertidur?” Jawab Sehun ketus namun serak.
“Maaf, aku to the point saja. Aku yakin kau masih ingin untuk tetap bekerja disini dan menyelesaikan kasus ini. Namun Pihak Kepolisian dan Para Menteri meminta kita berhenti menangani kasus ini, mereka sudah menetapkan tersangka dan besok mereka akan menyebarkan ini kepada media masa. Mereka akan menyebarkan bukti berupa rekaman CCTV yang akan mereka dapatkan pagi ini, dan pak Elm memintamu menghadap ke kantornya sekarang juga sebelum siapapun datang.”
Sehun langsung memutus panggilannya tanpa babibu dan langsung pergi ke kamar mandinya, sekedar mencuci mukanya dan berganti pakaian.
Sesampainya dikantor Pak Elm, Sehun terkejut dengan kehadiran kembarannya, Sehan. Mungkin Sehan terlibat dalam penyelidikan, pikirnya mencoba menjauhkan aura negatif yang selalu melekat pada diri Sehan.
"Ada apa bapak memanggil saya sepagi ini?" Tanyanya to the point.
"Santai saja, kita bicarakan ini baik-baik. Jadi begini Pihak Kepolisian beserta Menteri menetapkan kau sebagai tersangka. Dan sepertinya sudah saatnya kau bekerja sama dengan kembaranmu untuk membuat Para Pemimpin negara lain membantu kita. "
"Jangan itu aib, aku dapat mengatasinya sendiri bersama yang lainnya. Aku dapat membebaskan diriku sendiri dengan bukti bahwa aku tidak bersalah."
Sehan tertawa kecil, "Jangan munafik, aku tau kau mengerti apa yang Pak Elm maksud."
"Apa maksudmu? Jelas-jelas aku mengerti. Kau hanya memperrumit. "
Sehan hendak berbicara namun terpotong oleh Pak Elm,"sudahlah, aku yakin Sehun butuh istirahat untuk mengerti apa yang dimaksud Sehan. Sekarang kalian boleh pergi dan kumohon jangan bertengkar."
Sehan & Sehun pun pergi. Sehun pergi ke kediamannya sedangkan Sehan entah pergi kemana. Yang Sehun inginkan saat ini hanyalah melanjutkan mimpi indahnya yang sempat terpotong. Ia akan dipenjara ataupun tidak, Sehun tidak perduli. Toh bukti yang mereka dapatkan tidak cukup untuk membuat Sehun mendekam dipenjara. Mereka membutuhkan lebih banyak bukti untuk memenjarakan seseorang yang telah membunuh Presiden.
Sesampainya dikediamannya. Ia langsung tidur pulas tanpa melepas satupun dari yang ia pakai saat ini.
Kini Sehun sudah berada di alam mimpinya. Disana iya terbangun dari tidur dengan pakaian yang sama seperti yang Ia kenakan ke kantor. Ia mencari ponsel miliknya yang berdering, tertera nama Sehan dilayar.
"Halo? Ada apa menelepon?"
"Kau mendengar apa yang dikatakan Pak Elm bukan? Agar lebih mudah kita bagi tugas saja."
Sehun menyeringai,"Ide bagus, bisakah aku mengeksekusi teman-temanku yang akan menghalangimu. Atau mungkin semua? "
Sehan bangga dengan saudaranya yang satu ini."Baiklah, kau tak usah menghubungiku lagi. Biar aku saja memantaumu. "
Sehun memutuskan panggilan, ia langsung mencari kontak nama-nama orang yang akan menjadi targetnya. Pertama ia menekan nomor telepon Kai,"Kai, aku minta tolong. Tembaklah Xiumin Kim dia adalah tersangka yang sebenarnya, setelah kau menembaknya kuminta kau melapor kepada Bos Elm. " Kai sedikit tertegun,"Bos Elm? Dia atasan kita bukan bos itu berbeda Sehun. "
"Ikuti saja apa yang tadi aku instruksikan. " Panggilan langsung diputus.
Sehun langsung menghubungi lagi sebuah nomor targetnya, Xiumin Kim.
"Xiumin Kim, aku ingin memberitahukanmu tentang siapa pelaku yang diberitahukan oleh Pak Elm." tegasnya
"Siapa? "
"Kai, kuharap kau bisa membantuku untuk menembaknya. "
"Tentu saja, terima kasih atas beritanya."
Sehun tertawa penuh kemenangan. Sebentar lagi mereka akan saling membunuh. Masih tersisa banyak tapi dia tidak akan khawatir. Karena semua Badan Intel akan saling membunuh. Dari staff sampai wakil atasan akan saling membunuh dan tak tersisa.
Kini Sehun sedang melakukan rencananya. Semuanya saling menuduh, saling menodongkan pistol masing-masing, saling membasmi satu sama lain . Rencananya berjalan dengan lancar. Semuanya percaya terhadap Sehun, semuanya berhasil terhipnotis oleh ucapan Sehun. Sehun sudah tidak sabar melihat kantornya yang kosong penuh darah para staff.
Saat matahari sudah cukup terang, Sehun memutuskan untuk pergi ke kantornya. Benar saja, begitu banyak bercak darah dan mayat tercecer. Sehun terkekeh, tak disangka Kepolisian yang mengatakan bahwa mereka adalah yang terbaik tapi pembantaian terbesar abad 21 saja tidak mereka ketahui? Sungguh memalukan, batin sehun.
Bagaimana dengan Sehan? Sehun tahu semua yang dilakukan Sehan. Besok Amerika akan menyatakan kepada dunia bahwa Amerika bahkan Benua Amerika tunduk kepada Indonesia. Bagaimana bisa? Sehunpun tahu itu. Amerika hanyalah kumpulan orang-orang yang bodoh, buktinya mudah sekali dibuat tunduk hanya karena keluarga Presiden mereka akan dibantai hingga habis pada hari itu juga jika Amerika tidak menyatakan mereka tunduk. Sehan juga membuat tunduk Korea Utara. Sangat mustahil dimata orang awam. Namun nyatanya tak jauh berbeda dengan Amerika. Sehan akan melucuti dan mengarak istri Kim Jong Un jika ia tidak mau menyatakan tunduk kepada Indonesia, karena belum ada yang tahu wajah istri Kim Jong Un kecuali Sehan maka ia setuju.
Lalu bagaimana caranya Sehun bisa tahu semua pergerakan Sehan? Sehun sendiripun tidak tahu.
Sengatan sinar matahari berhasil membangun Sehun dari mimpi buruknya. Membuat teman-temannya saling membunuh dan menjadikan peristiwa itu adalah pembantaian terbesar abad 21. Pasti dia sudah gila, sudah membuat Benua Amerika dan Korea Utara bertekuk lutut pada Indonesia. Sehun mencari ponselnya, mungkin saja dia melewatkan sesuatu tentang kasus pembunuhan presiden. Sekarang sudah jam 08.00 WIB dan tunggu dulu, sekarang tanggal 15 september? Seharusnya sekarang masih tanggal 11 september, tidak mungkin dia tidur selama 3 hari nonstop, batinnya kebingungan. Daripada memikirkan hal yang hanya akan membuatnya semakin pusing, Sehun lebih memilih membersihkan dirinya dan sarapan.
Sehun sarapan sambil menonton televisi, mungkin saja kepolisian tidak menuduhnya sebagai pelaku pembunuhan presiden. Sehun memperhatikan detail kabar yang disampaikan pembawa acara. Jantung Sehun berpacu sangat cepat saat mendengarkan berita, air matanya memaksa untuk keluar.
Bagaimana tidak. Seluruh teman-temannya habis tak tersisa, bahkan OB sekalipun tak bernyawa. Dan kini Gedung tempat bekerja tercintanya disegel oleh Kepolisian.
Hancur? Perih? Pedih? Pilu? Bahkan Sehun membutuhkan 1.000 kata untuk menggambarkan perasaannya saat ini. Bukan tidak mungkin Sehun tidak akan merasakan senda gurau lagi. Bukan tidak mungkin Sehun tidak akan merasakan kebahagiaan lagi. Bukan tidak mungkin Sehun tidak akan merasakan cinta tulus dari sahabat. Bukan tidak mungkin Sehun tidak akan sebahagia dahulu. Mengapa? Karena sumber dari semua kebahagiaan telah lenyap tewas terbantai oleh sebuah kelompok atau mungkin seseorang. Dan yang paling menyedihkan adalah ia seorang Sehun yang sangat di banggakan kawan-kawannya TERTIDUR saat pembantaian terjadi. Memalukan? Sangat. Memprihatinkan? Sungguh benar. Bahkan Sehun pantas bunuh diri karena kebodohannya sendiri.
Sehun segera menghapus air matanya dan segera pergi ke TKP. Sesampainya di TKP Sehun bertanya pada polisi apakah ia menemukan seorang saksi mata. Dan hasilnya? Nihil. Tak ada satupun saksi mata atau rekaman video yang menunjukkan pelaku pembantaian. Yang ada hanyalah CCTV yang menunjukkan betapa kejamnya mereka saling menodongkan pistol dan saling membunuh tanpa ampun bahkan tanpa babibu, semua orang yang lewat pasti langsung dibunuh. Kerasukan Setan apa mereka? Siapa yang berani membuat mereka semua menjadi mesin pembunuh? Pengkhianat macam apa yang mengkelabui mereka? Batin Sehun.
"Kuatkan dirimu Sehun, aku tahu bagaimana rasanya." Ujar seseorang menepuk pundak Sehun.
" Terima kasih atas... Pak Elm?" Sehun terkejut saat membalikkan badan melihat siapa yang sedang berbicara dengannya. Sampai-sampai Sehun tak dapat mengeluarkan sepatah katapun untuk menggambarkan betapa senangnya dia saat mengetahui bahwa atasannya ini masih hidup.
"Jangan seperti itu, sepertinya saya dapat membaca pikiran kamu. Saya sedang keluar kota saat kejadian, jadi aku baik-baik saja. " Ujar Pak Elm penuh senyuman simpul.
"Begitu rupanya. Syukurlah kalau bapa baik-baik saja. "
"Bisakah kita pergi ke rumah saya? Ada yang ingin saya bicarakan. Tenang saja tidak akan lama."
"Tentu saja pak. "
Sesampainya mereka dikediaman Pak Elm. Mereka langsung menuju ke ruang kerja Pak Elm. Pak Elm membuatkan kopi untuk mereka berdua. Setelah itu Pak Elm langsung menyalakan tv yang tersambung dengan komputer miliknya. Sepertinya pak Elm ingin menunjukkan sesuatu, entah tak ada yang tahu. Tapi perasaan Sehun sudah tidak menyakinkan, ada apa ini? Mungkinkah Sehun takut akan sesuatu? Ataukah kini ia juga takut dengan kasus yang menuduhnya sebagai pelaku pembunuhan presiden? Ataukah semua dimimpinya itu benar bahwa ialah Sang Pembantai teman-temannya?
Pak Elm berdeham berusaha memecahkan lamunan Sehun. "Saya ingin kau memperhatikan video ini baik-baik." Sehun langsung memperhatikan setiap detail video tersebut. Video itu menayangkan Presiden Amerika dan beberapa Presiden Bagian Amerika yang berdiri dibelakang presiden sedang menunggu acaranya dimulai. Ada hal yang aneh dimata Sehun. Pak Wakil Presiden Indonesia, Duta Besar Indonesia untuk Amerika, dan Para Menteri Indonesia duduk disaf terdepan. Apakah video ini adalah wujud terima kasih atas sesuatu yang telah Indonesia lakukan terhadap Amerika? Tapi sejak kapan Amerika begitu 'ramah' ke negara lain? Pidatonya dimulai, Tunggu dulu... Amerika akan tunduk kepada Indonesia? Atas dasar apa? Indonesia bukan penjajah. Tiba-tiba Pak Elm bertepuk tangan saat video itu selesai, "kerja yang sangat bagus Sehun, kau berhasil membuat Amerika beserta Benuanya tunduk pada Indonesia. Selamat ku ucapkan."
Betapa terkejutnya Sehun mendengar itu, "ta-tapi... Saya tidak pernah melakukan itu Pak, saya berani bersumpah. Bahkan saya tidak tahu mengapa Amerika melakukan itu semua."
Pak Elm mengernyitkan dahinya, "apa maksudmu? Kau yang melakukan ini semua 3 hari yang lalu, 2hari yang lalu kau membuat kawan-kawanmu saling membunuh, dan kemarin kau berhasil membuat Korea Utara bertekuk lutut pada Indonesia. Kau yakin tidak ingat semua itu?" Jawaban dari Sehun hanyalah sebuah gelengan kepala kosong yang berusaha menerima kenyataan dari apa yang disampaikan Pak Elm. Sejahat itukah aku? Batin sehun.
"Astaga... Aku lupa. Yang melakukan itu semua bukan kau yang sedang duduk dihadapanku detik ini." Tiba-tiba Sehun dikejutkan kembali oleh pernyataan yang sungguh membuat otaknya berputar 180°. "Maksud Bapak?"
Pak Elm tersenyum lancip penuh kepuasan, "maksudku adalah Sehan, tapi bukan Sehan yang 5tahun lalu meninggal. Tetapi Sehan yang ada dalam dirimu, Sehan bagian dari dirimu Si Pembunuh."
Jantung Sehun tertusuk oleh bilang melalui perkataan Pak Elm tadi. Sungguh mengejutkan. Sehun masih tidak percaya bahwa itu adalah dirinya, namun sebagian dari dirinya pun mengakui hal tersebut. Manakah yang benar? Batin sehun.
Pak Elm tertawa licik, " tak sadarkah kau? Bahwa selama ini kau adalah penjahat? Wahai Pembantai terbesar di Indonesia, kau itu sangat hebat. Kau berhasil membuat Indonesia akan bertekuk lutut padaku, maaf pada kita."
"Aku tidak jahat" ucap Sehun lirih.
"Baik-baik jika itu maumu. Tapi harusku katakan bahwa sebentar lagi, saya akan menjadi Presiden Indonesia yang akan menjadikan negara ini negara milik saya pribadi. Terima kasih atas bantuanmu, kini Benua Amerika dan Korea Utara akan menerima semua sampah masyarakat yang akanku buang. "
" BIADAB KAUU" Sehun berdiri dari kursi menodongkan pistolnya.
"Jangan mengadu dombakan dirimu sendiri Sehun. " Pak Elm tak mau kalah langsung menolong senapannya yang ada dibawah meja kerjanya.
Kini, detik ini Sehun benar-benar tidak tahu lagi dirinya yang sebenarnya. Yang dikatakan Pak Elm tak dapat ia sangkal tetapi tidak menyangkalnya pun bukan dia. Sehun tahu ia salah, tapi separuh dirinya mengatakan tidak. Siapa diriku sebenarnya? Ada apa dengan aku? Batin Sehun.
"Jangan cengeng Sehun, kau tahu siapa dirimu. Dan tau apa tujuan hidupmu. Menjadi pembunuh bayaran. "
" Mati saja kau. "
" Jika kau bisa Sehun. Aku sangat dekat. "
" Aku jauh lebih dekat. "
DORR~
TAMAT
Tentang Penulis :
Aku hanyalah seorang pemula yang datang dari Kota Cirebon. Kakekku ingin aku diberi nama Roselyn NorthGod karena imajinasiku setinggi dewa. Tetapi aku masih terlalu amatir untuk dikatakan Penulis dengan imajinasi yang luas. Karena sebenarnya aku hanya terinspirasi oleh idolaku, Oh Sehun dari Exo. Kalian bisa lihat di IG ku @rozieoci294 dimana aku sangat menyukai Sehun. Akupun pernah bercita-cita menjadi salah satu anggota girlgrup namun cita-cita itu berubah seiring dengan perjalanan waktu, aku hanya ingin membuat orang tuaku bangga telah melahirkan aku. Semoga kalian suka ceritaku :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar