Selasa, 05 Mei 2020


Renungan Malam Takbir
Oleh : Dewie Sudarsh
Setiap malam lebaran aku selalu berdiam diri di kamar, bukan aku tidak suka menyambut hari kemenangan itu. Tetapi malam kemenangan lima tahun yang lalu adalah hari dimana aku merasa benar-benar tidak sanggup untuk hidup. Malam itu adalah malam perpisahan orang tuaku, sebuah pertengkaran terjadi diantara Ayah dan ibu sebelum mereka bercerai. Ayah pergi meninggalkan kami, dan Ibu jatuh sakit. Aku melihat kedua adik ku hanya terdiam, membisu tak bersuara. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, yang pasti saat itu aku harus menggantikan posisi Ayahku. Merawat ibuku yang sedang sakit, dan saat itu aku hanya memiliki uang sepuluh ribu rupiah saja. Tidak ada tabungan atau apapun waktu itu. Lebaran kurang dua hari lagi, dengan polosnya adik ku yang paling kecil bertanya “ Kak, besok lebaran, ayo beli kue nya.” Itu pertanyaan paling membuatku hancur, apa yang akan aku buat dengan uang sepuluh ribu ini. Aku menangis, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, jangankan untuk membeli kue lebaran, untuk buka puasa hari itu saja aku tidak bisa. Aku berlari mengambil air wudhu, aku bersujud dan menangis, aku benar-benar tidak sanggup menerima ujian ini, melihat Ibu sakit, melihat adik tidak bisa lebaran. Aku tidak bisa, aku tidak mampu.
Tidak lama setelah aku menyerahkan segalanya pada Allah, tiba-tiba saja teman lama ku datang, membawakan oleh-oleh buat lebaran. Tidak hanya itu, dia memberiku uang lima ratus ribu rupiah, karena dulu aku pernah menolongnya dengan uang yang tidak seberapa, saat ini dia mengembalikan nya diwaktu yang tepat dan berlipat ganda. Sungguh, ini di luar kuasa ku. Akhirnya aku masih bisa menyaksikan adik ku lebaran bersama teman-teman nya, dan  bisa membelikan Ibu obat.
Itulah kenapa disetiap malam takbir, aku tidak pernah keluar kemanapun, aku lebih memilih untuk sendiri, mengucap syukur ke pada Allah. Semoga itu menjadi pelajaran buatku, dan buat semuanya. Bahwa Allah tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan hambanya, dan jika memang kamu merasa tidak mampu, kembalikan lah pada Allah, serahkan kembali pada Nya. Percayalah, pertolongan Allah itu nyata.

Selesai


*Cerpen ini menjadi salah satu nominasi dari lomba cerpen kisah motivasi dan telah di terbitkan bersama 80 penulis lain nya yang terbit pada Bulan Maret 2020. 

Tentang penulis

Sri Dewi Sudarsih, lahir di Malang, Jawa Timur. Hobby membaca dan menulis.  Perempuan penyuka kura-kura ini saat ini tinggal di kota Surabaya,  kesibukan nya sebagai istri, tidak menghentikan nya untuk terus berkarya. Beberapa novel sudah pernah di terbitkan dengan nama pena Dewie Sudarsh ada Cinderela tanpa sepatu kaca, Bukan cinta yang salah, Firaz.  Seseorang yang akrab di sapa Dewie ini juga mempunyai beberapa bisnis, yaitu kuliner dan on line shop. Segala kritik dan saran akan di terima dengan senang hati lewat Ig:@dewie.sudarsh.
Motto : Selama kau masih mengeluhkan rasa sakitmu di depan orang lain, kau belum bisa disebut orang yang kuat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar